Induktansi
Induktansi
Induktansi
adalah sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen yang menyebabkan timbulnya
gaya gerak listrik di dalam suatu rangkaian akibat perbahan arus yang melewati
rangkaian (self inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati rangkaian
tetangga yang dihubungkan secara magnetis (induktansi bersama atau mutual
inductance). Pada kedua keadaan tersebut, perubahan arus berarti ada perubahan
medan magnetik, yang kemudian menghasilkan gaya gerak listrik (GGL).
1.
Induktansi Diri (GGL Induksi Pada Kumparan)
Apabila
arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi perubahan fluks
magnetik di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl pada arah yang berlawanan.
Ggl terinduksi ini berlawanan arah dengan perubahan fluks. Jika arus yang
melalui kumparan meningkat, kenaikan fluks magnet akan menginduksi ggl dengan
arah arus yang berlawanan dan cenderung untuk memperlambat kenaikan arus
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ggl induksi ε sebanding dengan laju perubahan arus yang dirumuskan :
dengan I merupakan arus
sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa ggl yang dihasilkan berlawanan
dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L disebut induktansi diri atau
induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H), yang didefinisikan sebagai
satuan untuk menyatakan besarnya induktansi suatu rangkaian tertutup yang
menghasilkan ggl satu volt bila arus listrik di dalam rangkaian berubah secara
seragam dengan laju satu ampere per detik.
Emf atau GGL yang
terjadi akan menghasilkan arus yang menentang setiap perubahan fluks magnetik,
penentangan ini disebut dengan induktansi diri (self inductance). pernyataan
ini sesuai hukum lenz yang dikemukan oleh Heinrich Friedrich Lenz (1804 -
1865). besaran satuan nilai induktansi dinyatakan dalam Henry (H), sebuah
induktor dikatakan memiliki nilai induktansi sebesar 1H, jika perubahan arus
yang mengaliri pada rating 1ampere/detik menginduksi tegangan 1volt didalamnya.
definisi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
L = 1.H =
1.V.(di/dt) = 1.V/(ampere/detik)
Semakin banyak jumlah
lilitan dalam sebuah induktur maka semakin bertambah juga nilai induktansinya.
Besarnya nilai induktansi terhadap jumlah lilitan pada suatu induktor dapat
dihitung dengan rumus:
L = N x (φ/I)
dimana: L = induktansi
(H), N = jumlah lilitan, φ = fluks magnetik (Weber/Wb), I = arus (A)
koefesiensi induktansi
diri sebuah induktor tergantung dari konstruksinya seperti : jumlah lilitan
kawat, jarak antar lilitan, besar inti pusat dll. Oleh karena untuk mendapatkan
induktor dengan koefesiensi induksi diri yang sangat tinggi bisa dengan
menggunakan kore ( pusat inti) dengan permeabilitas tinggi, dan merubah jumlah
lilitan, sehingga fluks magnetik yang dihasilkan dapat dihitung dengan rumus :
φ = B x A
dimana : φ = besar
magnetik fluks (Wb), B = kerapatan fluks, A = luas area (m²)
jika sebuah induktor
dapat diketahui jumlah lilitan (N), maka induksi magnetik/kerapatan fluks(B)
dalam inti, dapat diketahui dengan rumus :
B = µo x
H = N x (I/l)
untuk menggabungkan
pernyataan rumus persamaan diatas maka untuk mengetahui nilai induktansi sebuah
induktor dapat diketahui dengan uraian rumus:
L = N x (φ /I) = N x ((BxA)/I) = (µo
x N x I)/(l x I)
dan pengelompokan dari
peryataan diatas, maka nilai induktansi dari sebuah induktor dapat sederhanakan
dengan rumus persamaan akhir sebagai berikut:
Rumus Induktansi
Dimana: L = induktasni
(H), N = jumlah lilitan, µo = panjang Permeabilitas (4.π.10-7), l = panjang
koil dalam meter
Tegangan emf
disebabkan oleh hukum
faraday yang dikemukan oleh michael faraday bahwa semakin cepat perubahan medan
magnet maka emf yang diinduksikan akan semakin besar. besar tegangan emf pada
induktor adapat dihtiung dengan rumus :
Vemf = L x (di/dt)
dimana : Vemf =
tegangan emf (V), L = induktansi (H), di/dt = tingkat perubahan arus
(ampere/detik).
2.
Induktansi Bersama
Induktansi bersama memerlukan kehadiran dua solenoid
atau lebih. induktansi bersama memperhitungkan efek satu solenoid terhadap
solenoid lainnya. misalkan kita memiliki dua solenoid yang didekatkan. solenoid
pertama dialiri arus i yang berubah terhadap waktu akibatnya medan magnet yang
dihasilkan solenoid tersebuit berubah-ubah. sebagian medan magnet ini masuk
kedalam rongga solenoid kedua sehingga menghasilkan fluks pada solenoid kedua.
karena medan magnet berubah-ubah maka fluks magnetik pada solenoid kedua juga
berubah-ubah. akibatnya pada solenoid kedua muncul GGL induksi.
Apabila
dua kumparan saling berdekatan, seperti pada gambar diatas, maka sebuah arus
tetap I di dalam sebuah kumparan akan menghasilkan sebuah fluks magnetik Φ yang
mengitari kumparan lainnya, dan menginduksi ggl pada kumparan tersebut. Menurut
Hukum Faraday, besar ggl ε2 yang diinduksi ke kumparan tersebut
berbanding lurus dengan laju perubahan fluks yang melewatinya. Karena fluks
berbanding lurus dengan kumparan 1, maka ε2 harus
sebanding dengan laju perubahan arus pada kumparan 1, dapat dinyatakan :
Dengan M adalah konstanta pembanding yang disebut induktansi bersama.
Nilai M tergantung pada ukuran kumparan, jumlah lilitan, dan jarak pisahnya. Induktansi bersama mempunyai satuan henry (H), untuk
mengenang fisikawan asal AS, Joseph Henry (1797 – 1878). Pada situasi yang
berbeda, jika perubahan arus kumparan 2 menginduksi ggl pada kumparan 1, maka
konstanta pembanding akan bernilai sama, yaitu :
Induktansi bersama diterapkan dalam transformator, dengan
memaksimalkan hubungan antara kumparan primer dan sekunder sehingga hampir
seluruh garis fluks melewati kedua kumparan tersebut. Alat pemacu jantung,
untuk menjaga kestabilan aliran darah pada jantung pasien merupakan salah satu
contoh alat yang menerapkan induktansi bersama.
Source : http://fisikazone.com/induktansi/
http://komputerdalampembelajaran.blogspot.co.id/2013/05/induktansi-bersama.html
http://bagi-ilmu-elektronika.blogspot.co.id/2015/02/teori-rumus-induktansi-pada-induktor.html
0 komentar:
Posting Komentar